RESENSI NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT K MIHARDJA
Identitas Buku
Judul : ATHEIS
Pengarang : Achdiat K. Mihardja
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2009
Cetakan : Ketiga puluh tiga
Jenis buku : Fiksi sastra roman klasik
Tebal halaman:
250 halaman
Jumlah Bab : XV bab
Ukuran
buku : 13,5 x 20 cm
Atheis adalah karya sastra dari angkatan 45 yang di karang oleh achdiat
k mihardja dengan latar belakang saat jepang menjajah Indonesia (1942-1945).
Novel ini pada dasarnya menceritakan hasan yang merupakan seorang turunan
bangsawan yang di anggap alim oleh masyarakat. bagaimana tidak ia merupakan
anak dari seorang keturunan bangsawan juga yang merupakan anggota salah satu ajaran
tarekat islam dengan guru yang berasal di daerah banten.
Akan tetapi, konflik batin menimpa hasan ketika ia bertemu dengan kawan lamanya semenjak masih kanak-kanak saat ia sedang bekerja dan ia bernama rusli. Sesuatu yang mengejutkan bagi hasan ketika rusli membawa seseorang perempuan yang bernama kartini. Diceritakan pada buku ini. masa lalu hasan tentang ia gagal menikah dengan seorang yang bernama rukmini, karena pertentangan antar keluarganya yang merupakan kalangan bangsawan yang menolak hasan menikah dengan kalangan biasa dan begitupun sebaliknya keluarga rukmini menolak pernikahan dengan kalangan bangsawan. Sehingga akhirnya pernikahan gagal dan akhirnya hasan terpuruk karena sakit hati.
Akan tetapi, konflik batin menimpa hasan ketika ia bertemu dengan kawan lamanya semenjak masih kanak-kanak saat ia sedang bekerja dan ia bernama rusli. Sesuatu yang mengejutkan bagi hasan ketika rusli membawa seseorang perempuan yang bernama kartini. Diceritakan pada buku ini. masa lalu hasan tentang ia gagal menikah dengan seorang yang bernama rukmini, karena pertentangan antar keluarganya yang merupakan kalangan bangsawan yang menolak hasan menikah dengan kalangan biasa dan begitupun sebaliknya keluarga rukmini menolak pernikahan dengan kalangan bangsawan. Sehingga akhirnya pernikahan gagal dan akhirnya hasan terpuruk karena sakit hati.
Pada awal itulah, hasan sebagai anak yang
berada dalam lingkungan keagamaan berpikir bahwa ia menyerahkan semua pada yang
maha kuasa. Kemudian hasan semakin meningkatkan ibadahnya yang wajib maupun
sunnah dan ikut juga mengerjakan amalan yang bersifat mistis untuk mendekatkan
dirinya dengan tuhan. Sampai tiba saatnya hasan meminta kepada kedua orang
tuanya untuk ikut berguru dan belajar tarekat tertentu yang langsung di
sepakati oleh orang tua nya, yang di sertai dengan suka cita karena merasa
hasan akhirnya sadar untuk lebih mendalami ajaran agamanya.
Saat itulah, hasan
merasa telah sempurna dalam menjalankan syariat agamanya dengan segala macam
ibadah yang telah dilaksanakan. sehingga hasan menjadi sombong karena merasa
cakap dalam urusan agama ditambah lagi dengan latar belakang keluarganya juga
sehingga makin angkuhlah dia dengan segala kepercayaan
yang ia pegang tentang agamanya.
pertemuannya dengan rusli serta kartini ternyata merubah hidupnya secara signifikan, rusli yang malang melintang pergaulan dan petualangannya sebagai aktivis politis kiri yang tentu sangat jauh perbedaannya dengan hasan yang menganut ajaran agama secara mendalam sehingga benar-benar apa yang dipikiran rusli dan apa yang dipahami sangat bertentangan. Ditambah kartini adalah aktivis politik kiri yang kebetulan wajahnya sangat mirip dengan rukmini yang diceritakan dalam novel ini gagal menikah dengan hasan karena perbedaan kasta sosial antara mereka.
hasan bertujuan untuk menginsyafkan mereka berdua karena pendapat dan pernyataan mereka tentang agama dan segala bentuk kepercayaan, dianggap sangat kontroversi dan bertentangan dengan apa yang hasan ketahui. Akan tetapi, ternyata karena dorongan lingkungan sosial hasan yang baru malah akhirnya hasan terjebak dalam pemahaman yang awalnya ia tolak, dan yang pada akhirnya malah menjerumuskan hasan dalam dosa dan penyesalan yang mendalam.
novel setebal 249 halaman ini, sangat menarik untuk dibaca dimana kata tentang “atheis” memang selalu menjadi pembahasan yang panas hingga pada saat ini. Meskipun novel ini tidak berfokus pada sisi ajaran atheis, melainkan tentang pergolakan batin hasan dengan logika dan dan nurani yang saling bertentangan yang diakhiri dengan keputusan hasan yang berbuah penyesalan. Makna yang didapat dari novel ini ialah, bagaimana kita memilah dan memilih jalan hidup sesuai dengan keyakinan dan seringkali hal itu terjadi karena lingkungan sosial dan merupakan kritik sosial juga untuk masyarakat yang beragama sekedar ikut-ikutan tanpa memahami landasan dan esensi dari sesuatu bentuk peribadatan khususnya, buku ini sangat menarik untuk dibaca karena masih relevan untuk di kaji dan ditelusuri maknanya sampai masa kini.
pertemuannya dengan rusli serta kartini ternyata merubah hidupnya secara signifikan, rusli yang malang melintang pergaulan dan petualangannya sebagai aktivis politis kiri yang tentu sangat jauh perbedaannya dengan hasan yang menganut ajaran agama secara mendalam sehingga benar-benar apa yang dipikiran rusli dan apa yang dipahami sangat bertentangan. Ditambah kartini adalah aktivis politik kiri yang kebetulan wajahnya sangat mirip dengan rukmini yang diceritakan dalam novel ini gagal menikah dengan hasan karena perbedaan kasta sosial antara mereka.
hasan bertujuan untuk menginsyafkan mereka berdua karena pendapat dan pernyataan mereka tentang agama dan segala bentuk kepercayaan, dianggap sangat kontroversi dan bertentangan dengan apa yang hasan ketahui. Akan tetapi, ternyata karena dorongan lingkungan sosial hasan yang baru malah akhirnya hasan terjebak dalam pemahaman yang awalnya ia tolak, dan yang pada akhirnya malah menjerumuskan hasan dalam dosa dan penyesalan yang mendalam.
novel setebal 249 halaman ini, sangat menarik untuk dibaca dimana kata tentang “atheis” memang selalu menjadi pembahasan yang panas hingga pada saat ini. Meskipun novel ini tidak berfokus pada sisi ajaran atheis, melainkan tentang pergolakan batin hasan dengan logika dan dan nurani yang saling bertentangan yang diakhiri dengan keputusan hasan yang berbuah penyesalan. Makna yang didapat dari novel ini ialah, bagaimana kita memilah dan memilih jalan hidup sesuai dengan keyakinan dan seringkali hal itu terjadi karena lingkungan sosial dan merupakan kritik sosial juga untuk masyarakat yang beragama sekedar ikut-ikutan tanpa memahami landasan dan esensi dari sesuatu bentuk peribadatan khususnya, buku ini sangat menarik untuk dibaca karena masih relevan untuk di kaji dan ditelusuri maknanya sampai masa kini.
Komentar
Posting Komentar