MALAM YANG HANCUR
pertama kali kita bertemu di padang
bunga itu.
kau menunduk mengamati bunga-bunga
yang putih.
Dan aku memilih untuk menengadah,
menatap awan yang sama putih.
Segala yang kita reka tak cukup
leluasa untuk melawan kehendak sang pemilik kuasa.
Telah lama berlalu.
Segala kenangan bahkan banyak berdebu.
Beberapa diantaranya bahkan kau
bakar jadi abu.
“aku suka semilir angin”, katamu.
Irama terindah bagiku ialah
keheningan
Hentikan kegilaanmu!
Bukankah kau membenci penderitaan?
Kenapa kau terus menyiksaku?
Segalanya semakin dipercepat.
Sakitnya merambat begitu lambat.
Tak adil.
Ini sudah batasku.
Akupun memudar, rambutku memutih
kian cepatnya.
Kini giliranku.
Akhirnya kau mengerti.
Dan diam.
Lalu tergeletak.
Segala yang kau anggap putih telah
tiada.
Yang putih terarsir merah.
Yang kujelaskan berkisar merah.
Kaupun tenggelam dalam genangan
darah.
Menyiram padang bunga yang dulu
putihnya.
Lalu menjadi merah.
Di malam terakhir.
Malam yang hancur.
yuuki
Komentar
Posting Komentar